Selasa, 23 Oktober 2012

Membuka Diri, Menciptakan Pribadi Penyayang






Membuka diri terhadap orang lain (self disclosure) itu ibarat mata uang, memiliki dua sisi. Di satu sisi berarti memasuki hubungan yang lebih matang. Di sisi lain, terdapat risiko dicemooh dan dikhianati. Bagaimanapun, self disclosure merupakan isyarat berkembangnya hubungan yang sehat yang perlu dikelola. Dalam suatu hubungan antar pribadi dimulai bila dua orang yang berhubungan mulai saling membuka tentang dirinya. Bila kedua pribadi sudah saling membuka diri, maka kedua pribadi tersebut akan saling memahami, atau tercipta suatu kondisi ”saya memahami anda, dan anda memahami saya ”. Dalam pergaulan sehari-hari, khususnya interaksi yang terjadi di kampus maupun di masyarakat tempat kita berada sering dihadapkan pada situasi yang mengharuskan kita untuk berkenalan dan membuka diri dengan orang lain. 

Membuka diri merupakan suatu tindakan menyatakan bagaimana seseorang menanggapi situasi saat ini dan memberikan sejumlah pengalaman-pengalaman berdasarkan pemahaman dirinya saat itu. Membuka diri merupakan kemampuan seseorang untuk melihat kekuatan dan kelemahan yang ada pada diri, sehingga dapat melakukan respon yang tepat terhadap tuntutan yang muncul dari dalam maupun dari luar. Keterbukaan diri di sini tidak sekedar bermaksud mengungkapkan kehidupan masa lalu seseorang semata, tetapi lebih dari itu, untuk meningkatkan kwalitas hubungan seseorang. 

Di dalam membuka diri diperlukan kejujuran masing-masing individu yang berinteraksi. Membuat suatu pengakuan pribadi secara jujur dan tulus tentang masa lalunya dapat membentuk keintiman perasaan dalam suatu hubungan. Suatu hubungan yang baik dan telah tercipta keintiman pada seseorang, akan menciptakan keterbukaan seseorang pada peristiwa-peristiwa yang pernah dialaminya atau segala apa yang orang lain pernah katakan atau lakukan di masa lalunya. Bila kita secara sengaja dan jujur, tulus memberikan informasi yang benar tentang diri kita kepada orang lain, berarti kita telah membuka diri dengan orang lain. Misalnya, ketika anda duduk di ruang tunggu pemberangkatan bus di terminal, sebelah anda ada seseorang, dan kemudian anda mengajak bercakap-cakap. Di dalam proses percakapan, anda memberitahukan informasi nama, alamat tinggal, pekerjaan, arah tujuan mau pergi kemana, dan hal-hal lain mengenai diri anda, berarti secara tidak langsung anda sudah membuka diri. 

Apabila di dalam suatu proses interaksi antar individu, kedua belah pihak induvidu memberikan informasi secara jujur, tulus dan saling terbuka, maka akan menghasilkan suatu proses hubungan yang efektif. Tetapi sebaliknya jika informasi-informasi yang disampaikan salah satu atau bahkan keduanya adalah informasi yang tidak benar, atau tidak jujur berarti komunikasi tersebut tidak efektif dan tidak akan bertahan lama. 


Mengapa Membuka Diri Penting ? 

Ada sejumlah alasan yang menyebabkan anda perlu membuka diri kepada orang lain, yaitu dengan membuka diri, orang lain akan lebih mengenal diri anda, dan hubungan akan terasa lebih dekat, begitu pula sebaliknya. Keterbukaan diri menentukan sejauh mana orang lain menyukai diri anda. Keterbukaan diri merupakan suatu proses saling mengungkapkan diri, siapa dan bagaimana diri masing-masing terlibat didalamnya. Di dalam proses saling membuka diri, terjadi hubungan antar pribadi yang semakin lama semakin erat. Diantara orang-orang yang membuka diri, terjadi pemahaman atas kelebihan dan kekurangan masing-masing. Hal ini akan menimbulkan perasaan saling menyukai. 

Saling membuka diri mendorong terjadinya saling mempercayai antara kedua individu yang berinteraksi. Apabila orang-orang saling bertukar informasi tentang siapa dirinya, dan saling mendukung terjadinya keterbukaan diri, maka akan terbentuk perasaan aman untuk saling membuka diri, dan pada akhirnya tercipta perasaan percaya satu sama lain. Jadi rasa saling mempercayai tidak muncul begitu saja, tetapi berkembang secara bertahap.Informasi tentang diri membuat orang lain memiliki gambaran yang tepat tentang diri anda. Mengungkapkan tentang siapa diri anda secara tepat dan benar, akan membantu orang lain memahami diri anda. 

Informasi tentang diri juga membuat anda memahami diri anda sendiri dan memiliki konsep diri yang positif. Sebelum mengungkapkan kepada orang lain tentang siapa diri anda sebenarnya, terlebih dulu perlu mengetahui tentang diri anda. Proses memahami diri sendiri membantu orang mengetahui apa kelebihan dan kekurangannya. Semakin baik dan tepat pemahaman seseorang terhadap kelebihan dan kekurangannya, berarti semakin kuat konsep dirinya. 


Menyadari Diri Sendiri ( selff - awareness) 

Apabila masing-masing individu saling menyadari keberadaan dirinya, memahami dan mengenali siapa dirinya, menerima diri apa adanya dengan segala kelebihan dan kekurangan, maka akan dihasilkan suatu hubungan antar pribadi yang berkualitas, yaitu hubungan yang tulus, jujur, terbuka, dan tidak dibuat-buat. 

Kemampuan menyadari diri sendiri tergantung pada seberapa besar umpan balik (feedback) yang diberikan oleh orang lain. Sedangkan kualitas umpan balik yang diberikan orang lain pada seseorang sangat tergantung pada seberapa jauh orang tersebut membuka diri. Untuk meningkatkan hubungan yang efektif seseorang harus menyadari segala konsekuensi dari perilaku yang dilakukannya dan mampu memutuskan bentuk konsekuensi yang diinginkannya. 

Sebelum seseorang mampu memberikan umpan balik, sikap terbuka terhadap masukan dari orang lain harus sudah dimiliki orang tersebut. Seseorang harus mengembangkan perspektif berfikir bahwa masukan dari orang lain sangat penting bagi perkembangan diri. Karena setiap perilaku akan dipersepsikan secara berbeda oleh orang lain. Selain itu, umpan balik sangat berguna untuk mengukur apakah sebuah perilaku sudah efektif menurut orang lain. Dengan pemahaman ini seseorang diharapkan bersikap terbuka terhadap setiap masukan yang diterimanya. Untuk itu ada beberapa sikap yang harus dimiliki pada seseorang agar mampu menerima masukan (feedback) secara terbuka: 

1. Berfikir positif 

Jika anda menerima masukan, fokuskan pada hal-hal yang positif. Sebaliknya menghindari pikiran negatif ketika orang lain memberi masukan pada anda, sebab pikiran ini akan mendorong anda untuk bersikap defensif dan tertutup. Anda berprasangka bahwa orang lain meremehkan anda, ingin membuat malu, atau menghakimi. Anda harus memahami bahwa jika ada orang yang memberikan masukan, berarti mereka memperhatikan diri anda dan ingin mendorong anda menuju ke arah yang lebih positif . 

2. Pahami intisari dari masukan 

Setiap masukan yang disampaikan orang lain, pahami intisari atau makna dari masukan tersebut. Hindari sikap masa bodoh terhadap masukan yang diberikan.3. Sadari bahwa semakin banyak masukan yang diterima semakin baik bagi anda. Prinsip ini merupakan hal yang penting untuk dipahami, karena di dalam diri seseorang terdapat bagian-bagian yang tidak diketahui atau disadari, akan tetapi hal tersebut justru bisa dipahami oleh orang lain. 

4. Minta masukan pembanding dari orang lain 

Untuk lebih akurat dan obyektif, kadang-kadang anda perlu juga meminta masukan pembanding dari beberapa orang, sebab pengamatan dari beberapa orang akan lebih akurat dibandingkan hanya dari satu orang.Di dalam suatu proses interaksi, selalu ada tindakan menerima masukan dari orang lain dan memberi masukan pada orang lain. Masukan yang diberikan kepada seseorang harus berfokus pada upaya membantu seseorang agar nantinya bisa berubah menjadi lebih baik, dan bukan sekedar hanya mengkritik semata. Berikut beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memberikan feedback , yaitu ; 

1. Umpan balik ditujukan pada perilaku, bukan pada pribadinya. Kita memberikan umpan balik pada tindakan yang dilakukannya. 

2. Umpan balik diungkapkan secara deskriptif, bukan sebaliknya dalam bentuk penilaian dari sisi baik buruknya tindakan tersebut. 

3. Umpan balik dipusatkan pada perilaku yang spesifik, bukan perilaku yang abstrak, sehingga merujuk pada suatu tindakan yang spesifik yang dilakukan beserta situasi yang melingkupinya. 

4. Umpan balik harus diberikan sesegera mungkin, Jika umpan balik ditunda maka semakin kurang manfaatnya. (here and now). 

5. Umpan balik diberikan dalam upaya berbagi perasaan dan pemikiran. Bukan dalam bentuk nasihat atau menggurui. 

6. Dalam memberikan umpan balik jangan memaksakan pada orang lain. Umpan balik harus mengabdi pada kepentingan penerima, bukan kemauan di pemberi. 

7. Umpan balik tidak disampaikan secara bertubi-tubi sampai melebihi batas kemampuan penerima untuk memahami. Umpan balik diberikan untuk menolong orang lain berkembang, bukan untuk memuaskan hasrat menasehati orang lain. 

8. Umpan balik diarahkan pada tindakan yang dapat diubah oleh orang bersangkutan. Bukan sebaliknya pada ciri-ciri sifat yang sudah melekat sehingga sulit dirubah 


Bagaimana Membuka Diri Dengan Tepat ?

Ketika seseorang membuka diri harus memperhatikan aspek internal dan aspek eksternal. Aspek internal yaitu aspek dalam diri seseorang tentang bagaimana menampilkan dirinya pada orang lain ketika berinteraksi. Kemampuan menampilkan diri itu meliputi ; kepercayaan pada diri sendiri, cara berpakaian, sikap, postur tubuh, kontak mata, intonasi suara, dan bahasa tubuh serta keseluruhan kemampuan dalam menyampaikan pesan. Sedangkan aspek eksternal meliputi ; situasi saat itu, norma sosial, dan kepada siapa orang yang dihadapi, apakah orang tua, pimpinan, teman sejenis kelamin, teman beda jenis kelamin, tetangga, kolega, konsumen, atau orang asing yang belum dikenal. Seseorang yang akan membuka diri harus dilakukan secara bertahap keluasannya dan kedalamannya sesuai dengan perkembangan dan intensitas hubungan antar pribadi tersebut. Oleh sebab itu, membuka diri harus dilakukan secara tepat. Keterbukaan diri dianggap tepat bilamana : 

1. Dilakukan secara bertahap seiring dengan perkembangan hubungan antarpribadi. Semakin lama suatu hubungan, menjadikan orang-orang yang terlibat didalamnya semakin terbuka satu sama lain. 

2. Dilakukan secara timbal-balik. Artinya orang-orang yang terlibat dalam hubungan antarpribadi saling terbuka satu sama lain. Tidak hanya seorang diri saja yang membuka diri, sedangkan yang lainnya menutup diri. 

3. Berkenaan dengan apa yang sedang terjadi pada diri anda, dan apa yang sedang terjadi pada hubungan antara orang-orang yang terlibat di dalam keterbukaan diri tersebut. 

4. Menjadikan hubungan antarpribadi tersebut menjadi semakin baik 

5. Mempertimbangkan akibat yang ditimbulkan dari keterbukaan diri pada orang lain tersebut, dan kepada siapa anda membuka diri ? 

6. Mempercepat berlalunya krisis, bila terjadi masalah dalam hubungan antar pribadi. 

7. Secara berangsur-angsur membuka diri dilakukan dari tingkat terbawah atau informasi yang sifatnya umum, seperti ; informasi hoby, olah raga, sekolah, dan liburan. 

Terbuka dengan orang lain diawali dengan proses menyadari siapa anda. Kesadaran diri akan menimbulkan pemahaman diri ”siapa saya”. Artinya seseorang akan semakin memahami siapa dirinya, bagaimana dirinya hidup, kelebihan dan kekurangan, sehingga dengan pemahaman diri ini seseorang akan muncul penerimaan diri secara utuh tanpa penyangkalan. Pada dasarnya membuka diri dapat dilakukan secara verbal dan non-verbal. Berikut ini adalah cara membuka diri secara verbal : 

1. Menggunakan kata ”saya”. 

Ungkapkan kepada orang lain tentang apa yang anda yakini, apa yang anda percayai, apa yang anda pikirkan. 

2. Menggunakan kalimat bahasa yang jelas 

Gunakan bahasa yang jelas dan mudah dipahami oleh orang lain. Hindari penggunaan kalimat yang berbelit-belit dan bermakna majemuk atau ganda untuk menghindari intepretasi yang bermacam-macam. 

3. Menggunakan pernyataan langsung. 

Penggunaan pernyataan langsung menggambarkan kondisi nyata yang dialami, dirasakan, dan dipikirkan saat itu. Ketika membuka diri hindari penggunaan pernyataan tidak langsung. 

4. Menggunakan kalimat bahasa yang lengkap dan tepat. Penggunaan kalimat bahasa yang lengkap lebih mudah untuk dipahami maknanya. 

5. Jangan menggunakan kalimat bahasa yang terpotong-potong dan penggunaan kata-kata yang tidak ada maknanya. Penggunaan kalimat yang terpotong-potong akan menghambat pemahaman makna yang di sampaikan, sehingga interaksinya menjadi tidak efektif. 

6. Jangan mengunakan pernyataan yang maknanya menyinggung perasaan orang lain, karena akan menyakiti orang lain dan akan membuat hubungan menjadi renggang. 

Berikut ini adalah cara membuka diri secara non-verbal : 

1. Menggunakan bahasa tubuh secara wajar, santai, pandangan ke obyek, dan tidak dibuat-buat. Duduk tegap, santai menimbulkan kesan bahwa anda orang yang terbuka. 

2. Menggunakan bahasa tubuh secara spontan, tepat, dan tidak dibuat-buat.Penggunaan bahasa tubuh yang spontan, tepat, dan tidak dibuat-buat menunjukkan ketulusan dan kejujuran seseorang dalam membuka diri. 

4. Menggunakan kontak mata secara wajar. Wajar berarti pandangan tidak melotot, melirik, atau tatapan-tatapan lain yang bisa menimbulkan kesalahpahaman. Tatapan mata menuju ke arah obyek bicara secara wajar. 

5. Ekspresi wajah yang responsif dan positif. Keseluruhan penggunaan bahasa tubuh yang ditunjukkan melalui ekspresi wajah dapat menekankan sikap kepedulian dan keterbukaan. Senyuman, kontak mata, yang positif dan responsif menunjukkan kesediaan untuk membuka diri. 


Mengembangkan sikap penyayang 

Kasih sayang dapat diibaratkan sebuah mata air yang selalu bergejolak keinginannya untuk melepaskan beribu-ribu kubik air bening yang membuncah dari dalamnya tanpa pernah habis. Kepada air yang telah mengalir untuk selanjutnya menderas mengikuti alur sungai menuju lautan luas, mata air sama sekali tidak pernah mengharapkan ia kembali. 

Sama pula seperti pancaran sinar cerah matahari di pagi hari, dari dulu sampai sekarang ia terus-menerus memancarkan sinarnya tanpa henti, dan sama pula, matahari tidak mengharap sedikit pun sang cahaya yang telah terpancar kembali pada dirinya. Seharusnya seperti itulah sumber kasih sayang di kalbu kita, ia benar-benar melimpah terus tidak pernah ada habisnya. 

Tidak ada salahnya agar muncul kepekaan kita menyayangi orang lain, kita mengawalinya dengan menyayangi diri kita dulu. Menyayangi diri adalah suatu perbuatan / tingkah laku yang bertujuan akhir untuk menyayangi dan melindungi diri kita sendiri dalam konotasi yang positif. Tentunya untuk memiliki sifat seperti ini tentu tidak mudah, sebab kita harus selalu waspada dan memperhatikan hal-hal yang terjadi disekeliling kita, selalu belajar dari pengalaman-pengalaman orang lain maupun diri sendiri 


Membuka Diri (Self-Disclosure), mencipta pribadi yang penyayang 

Dengan kita membuka diri kepada orang lain, dengan kita bisa memahami orang lain maka akan lebih mudah kita menyayangi orang lain. Sikap sayang akan tumbuh dengan sendirinya seiring dengan waktu. Kasih sayang juga seperti bunga, apabila cukup air dan cukup sinar matahari maka dia akan tumbuh dengan cantik. Dengan keterbukaan makan keintiman hubungan akan tercipta maka kasih sayang akan mempererat. 

Demikian pula dengan orang yang mau membuka diri mereka kepada kita, maka kita akan semakin dekat, semakin sayang kepada mereka. Dua hal ini sangat erat hubungannya. Semakin kita bisa saling memahami, kasih sayang akan tumbuh semakin subur.Maka bila ingin mengembangkan sikap penyayang pada diri kita, setidaknya kita harus mau membuka diri kepada orang lain, bersikap hangat dan teduh akan membuka peluang adanya hubungan, seperti persahabatan, maka kasih sayang akan mengikuti setelahnya. 








1 komentar:

  1. kita memang butuh orang-orang yang membuat diri kita bebas. bebas dari jaim-jaiman, blakblakan dan bebas berkreasi.

    BalasHapus

You might also like: